Penggambaran Terjadinya Hari Kiamat dalam Surat Al-Inshiqaq

Para mufassir sepakat bahwa surat al-Inshiqaq diturunkan di kota Makkah setelah surat al-Infithar.  Surat al-Inshiqaq merupakan surat ke-84 dalam al-Qur’an, surat ini terdiri dari 25 ayat. Di dalam surat ini menceritakan tentang hari kiamat dan hari pembalasan dan tentu merupakan kelanjutan dari surat-surat sebelumnya.

Jika dalam surat al-Infithar dibicarakan tentang para pencatat amal, kemudian dalam surat al-Muthaffifin berbicara tentang tempat penyimpanan buku-buku catatan amal perbuatan manusia, maka dalam surat al-Inshiqaq ini dibahas tentang pembagian buku catatan amal perbuatan manusia di dunia sekaligus menggambarkan keadaan yang akan dialami oleh orang yang menerimanya. 

Inti atau isi pokok kandungan dalam surat al-Inshiqaq adalah menerangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada permulaan hari kiamat, jika spesifikkan sebagai berikut:

  1. Peristiwa-peristiwa pada permulaan terjadinya hari kiamat.
  2. Peringatan bahwa manusia bersusah payah menemui tuhannya.
  3. Dalam menemui tuhannya, kelak ada yang mendapat kebahagiaan dan ada pula yang mendapat kesengsaraan.
  4. Tingkat-tingkat kejadian dan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Permulaan Terjadinya Hari Kiamat

Pada ayat pertama sampai dengan ayat kelima surat al-Inshiqaq, terdapat penggambaran mengenai terjadinya hari kiamat. Tiupan yang dahsyat dari trompet kehancuran (sangkakala) malaikat Israfil mengakibatkan langit terbelah. Terbelahnya langit karena patuh terhadap perintah Allah SWT dan memang harus semestinya seperti itu.

Sementara itu bumi rata dibentangkan, ia mengeluarkan semua isinya baik berupa manusia atau benda-benda yang lain, hak itu semua semata mematuhi titah Allah SWT karena hanya Allah lah yang berhak untuk ditaati dalam keadaan apapun. 

Ketika manusia di alam dunia telah berusaha bekerja keras untuk memenuhi segala keperluan hidupnya, sebagian di antara mereka bahkan berlebihan hingga melupakan hak jasadnya untuk beristirahat. Bahkan sebagian lagi melupakan Allah dzat yang membuatnya berkecukupan di kehidupannya.

Siapa pun dari mereka, baik yang terus bekerja maupun bermalas-malasan dan lupa akan adanya hari pembalasan, atau mereka yang bekerja adan beramal karena yakin akan bertemu dengan Allah, maka pertemuan dengan Allah adalah suatu hal yang pasti. Pertemuan dengan hari pembalasan adalah sebuah keniscayaan, hal inilah yang sering dilupakan oleh manusia yang dalam ayat ini mempunyai karakteristik kaadihun yang berarti berusaha dan bekerja keras. Menurut Ali al-Shabuni lafadz kaadihun mempunyai arti bekerja keras dalam beramal. 

Kebangkitan Manusia dan Penerimaan Buku Catatan Amal

Setelah bumi mengeluarkan seluruh isinya, maka manusia dibangkitkan dari kematiannya. Manusia mau tak mau pasti menerima kenyataan dan melihat catatan amal mereka. Dalam ayat ketujuh ini digambarkan cara menerima amal kebaikan. Jika ia menerimanya dengan tangan kanan maka itu merupakan pertanda kemudahan dan kebahagiaan yang akan ia jumpai. Namun, jika ia menerimanya dari arah belakang atau dengan tangan kirinya, maka itu adalah sebuah pertanda buruk baginya.

فَأَمَّا مَنْ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا وَيَنقَلِبُ إِلَىٰٓ أَهْلِهِۦ مَسْرُورًا وَأَمَّا مَنْ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ وَرَآءَ ظَهْرِهِۦ فَسَوْفَ يَدْعُوا۟ ثُبُورًا

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia akan berteriak: celakalah aku”. (Q.S. Al-Inshiqaq [84]: 7-11).

Perhitungan yang mudah pun bermacam-macam penafsiran, ada sebagian yang menafsirkannya dengan sedikitnya pertanyaan yang dilontarkan kepadanya atau bahkan tidak ditanyakan sama sekali. Dalam sebuah riwayat hadis Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ نُوْقِشَ الْحِسَابَ عُذِّبَ

“Barangsiapa yang dihisab secara mendetail, pasi dia akan diazab.” (H.R. Bukhari, Muslim, al-Tirmidzi, dan al-Nasa’i). 

Dari penjelasan hadis tersebut tergambar bahwasanya keadaan yang dialami oleh orang-orang yang menerima buku amalnya dengan cara dilempar dari arah belakang adalah pertanda akan adanya berbagai kesulitan yang akan segera menimpanya. 

Maka mereka pun berkata: “Celakalah aku” kata yang dipakai di sini adalah “tsubur” yang berarti kumpulan dari berbagai hal yang tidak menyenangkan serta amat menyusahkan keadaannya. Tak beberapa lama kemudian dalam ayat ke-12-15 dijelaskan bahwa sebuah kenyataan yang pedih segera dijumpainya.

Ia segera dimasukkan ke dalam api yang sudah menyala-nyala. Sebuah gambaran yang sangat mengerikan, padahal sebelumnya, tak sedikitpun ia membayangkan demikian. Ia sangat senang dan bahagia selama berada di dunia. Sampai batas terlampaui, dia tidak tahu hari-hari buruk yang akan datang sebagai balasan atas perbuatan dan perbuatannya karena Allah yang maha sibuk itu tidak akan pernah sekali pun terlewat untuk melihat, mendengar dan mengawasi gerak-gerik makhluknya, bahkan apa yang terlintas dalam hati yang belum dikatakan pun Allah telah mengetahuinya.

Dalam penjelasan ayat 16-20 Allah bersumpah dengan berbagai petunjuk waktu yakni; (a) Permulaan malam; (b) Sepanjang waktu malam; (c) Cahaya bulan yang penuh di saat purnama. Kesemuanya adalah karunia Allah SWT yang diberikan untuk manusia. Seperti halnya proses yang dilalui oleh manusia yakni dari alam kandungan dikeluarkan menuju bumi kemudian setekah mati ia kembali ke perut bumi, dan setelah itu dibangkitkan oleh Allah.

Sebelum itu manusia diciptakan dari setetes air mani yang kemudian membuahi ovum sampai kemudian menjadi janin yang bernyawa, kemudian terlahir ke dunia, menjadi anak-anak, remaja hingga dewasa kemudian menjadi tua sampai ia menemui ajalnya. Betapa bodohnya orang-orang diberi tanda kekuasaannya, dan setelah mereka menyangkal kitab suci yang dibawa oleh mereka dan Tuhan, dia bahkan mengirim utusan untuk memahami mereka.

Syariat Sujud Tilawah

Ayat ke-21 dalam surat ini dijadikan dalil oleh para ulama tentang disyariatkannya sujud tilawah. Kemudian pada ayat ke-22-25, Allah memberi peringatan kepada mereka yang hatinya keras dan memang tidak akan mau tunduk dan bersujud kepada Allah SWT bahkan mereka justru berpura-pura menjadi orang baik dan memelihara kemunafikan dengan suka menampakkan kebaikan lahiriah mereka di depan manusia.

Sedangkan orang-orang yang beriman dan ringan bersujud kepada Allah di dunia, akan dimuliakan Allah dengan pahala dan kebaikan-kebaikan yang tak terkira yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya, serta nikmat yang tak pernah terputus selamanya. Wallahu A'lam

Abd Hamid Majid

Seorang Mahasiswa Universitas di Jawa Timur, Indonesia

Post a Comment

Previous Post Next Post