Wacana penafsiran al-Qur’an berkembang dari masa ke masa. Perkembangan wacana penafsiran tersebut ditandai dengan munculnya kitab-kitab tafsir yang beraneka ragam metode dan coraknya. Salah satu kitab tafsir yang turut andil dalam mewarnai dunia penafsiran adalah kitab “Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim” karya Abu al-Fida’ Ismail bin Katsir al-Damshiqy atau dikenal dengan Ibnu Katsir.
Dalam tulisan yang sangat sederhana ini, penulis bermaksud menyajikan metodologi penafsiran dalam tafsir Ibnu Kathir sesuai tingkat pemahaman penulis terhadap literatur yang membahas kitab tersebut.
Biografi Ibnu Katsir
Nama lengkap Ibnu Katsir ialah, Abu al-Fida’ Ismail bin Kathir al-Damshiqy. Ia di lahirkan di sebelah timur kota Damaskus, tepatnya di Basrah pada akhir tahun 700 H. Atau permulaan tahun ke 701 H. bertepatan tahun ke 1301 M.
Ayahnya bernama al-Khatib Shihab al-Din Abu Hafs ‘Umar bin Katsir bin Dau’ Ibn Dar’in al-Qurashy, yang terlahir pada tahun 640 H. Di daerah al-Sharkun disebelah barat kota Basrah. Ia tergolong orang yang bermadhhab Syafi’i yang ia pelajari dari al-Nawawi dan Sheikh Taqiy al-Din al-Fazzary.
Ibnu Katsir termasuk keturunan seorang ‘Ulama’, ayahnya adalah ulama yang faqih serta berpengaruh di daerahnya. Ia juga terkenal dengan ahli ceramah.
Ayahnya wafat pada saat ia berusia 3 tahun, kemudian pada usia 7 tahun ia bersama keluarganya berpindah ke Damaskus dan diasuh oleh kakaknya yang bernama al-Akbar Kamal al-Din ‘Abd al-Wahhab Bin Katsir. Dari saudara yang tertua inilah ia banyak menimba ilmu agama, hingga ia dapat menghafal al-Qur’an dan Hadis.
Setelah berguru dengan banyak ulama, seperti Sheikh Taqiy al-Din al-Fazzary dan saudara tertuanya, Ibn Katsir mengokohkan ilmunya. Kemudian ia menyunting putri al-Hafiz Abu al-Hajjaj al-Muzzy, dan membiasakan mengaji dengannya dan membaca tahdhib al-Kamal.
Dalam bidang hadis, ia mengambil banyak dari Ibnu Taimiyyah, dan membaca Usul al-Hadits dengan al-Asfahany. Disamping itu, ia juga menyimak banyak ilmu dari berbagai ulama’, menghafal banyak matan, mengenali sanad, cacat, biografi tokoh dan sejarah di usia muda.
Awal perjalanan ibnu Katsir dalam menuntut ilmu dimulai ketika ia berpindah ke Damaskus bersama saudaranya yang tertua kamaluddin ‘Abd al-Wahhab, kemudian ia hafal al-Qur’an dan Hadis dengannya pada tahun 711H.
Kemudian ia belajar imu bahasa kepada beberapa ulama, seperti: Ibnu Ghilan, al-Lubad Muhammad Bin Ja’far (Guru Ibnu Katsir dalam Bidang Qira’ah), al-Zarbandi Diya’ al-Din ‘Abd Allah al-Zarbandy al-Nahwy (Guru Ibnu Katsir dalam bidang Nahwu) dan Syaikh al-Hadiry (Guru Ibnu Katsir dalam Bidang al-Qur’an).
Karya-Karya Ibnu Katsir
Ibn Katsir dikenal sebagai ulama yang produktif. hal itu dibuktikan dengan lintas kemampuannya dalam disiplin keilmuan yang beliau tulis melalui karya-karyanya. Diantara karya-karya beliau adalah sebagai berikut:
Karya dalam Bidang Tafsir
Karya-karya Ibnu Katsir dalam Bidang Tafsir ini meliputi: (1). Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim; (2). Fadhail al-Qur’an.
Karya dalam Bidang Studi Hadis
Karya-karya Ibnu Katsir dalam bidang studi hadis meliputi: (1). Ahadits al-Usul; (2). Sharhu al-Bukhary; (3). Al-Takmil fi al-Jarh wa al-Ta’dil wa Ma’rifat al-Thiqat wa al-Du’afa’ wa al-Majahil; (4). Jami’ al-Masanid wa al-Satru al-Hadi li aqwa Sinin; (5). Musnad Abi Bakr al-Siddiq; (6). Masanid al-Khulafa’ al-Rasyidin.
Karya dalam Bidang Sejarah dan Sirah Nabi
Karya-karya Ibnu Katsir dalam bidang sejarah dan sirah nabi meliputi: (1). Al-Bidayah wa al-Nihayah; (2). Al-Kawakib al-Darary; (3). Juz’u Mufrad Fi Fathi al-Qastantiniyyah; (4). Al-Sirah al-Mutulah wa al-Mujazah; (5). Shama’il al-Rasul Sallallah ‘Alaihi wa sallam; (6). Juz’un Fi maulidi al-Naby Shalla Allah ‘Alaihi wa sallam; (7). Sirat Abi Bakr al-Shiddiq wa ‘Umar Bin Khattab; (8). Fadha’il al-Shaikhany; (9). Thabaqat al-Shafi’iyyah; (10). Manaqib Ibn Taimiyyah.
Karya dalam Bidang Kajian Keislaman Lainnya
Karya-karya Ibnu Katsir dalam bidang ke-islaman diantaranya: (1). Al-Ijtihad fi Talabi al-Jihad wa Risalatin al-Ukhra fi al-Jihad; (2). Ahadits al-Tauhid wa al-Radd ‘Ala al-Shirki; (3). Al-Adhkar wa Fadhail al-A’mal; (4). Sifat al-Nar; (5). Muqaddimah Fi al-Ansab; (6). Juz’un Fi dukhuli Mu’miny al-Jinn al-Jannah.
Sekilas Tafsir Ibnu Katsir
Kitab tafsir Ibnu Katsir dikenal sebagai kitab tafsir yang menduduki peringkat kedua dalam menempuh metode bi al-Ma’tsur setelah tafsir al-Thabari. Kitab tafsir ibn katsir ini bermula dicetak bersamaan dengan kitab Ma’alim al-Tafsir karya al-Baghawy kemudian dicetak secara terpisah yang terdiri dari empat jilid:
- Jilid I, dari surat al-Fatihah (1) sampai surat al-Nisa (4).
- Jilid II, dari surat al-Maidah (5) sampai surat al-Nahl (16).
- Jilid III, dari surat al-Isra’ (17) sampai surat Yasin (36).
- Jilid IV, dari surat a-Shaffat (37) sampai surat al-Nas (114).
Pemikiran Ibnu Katsir sebagaimana yang dinyatakan al-Dhahaby, telah banyak mengadopsi dari buah pemikiran gurunya Ibnu Taimiyah, yang banyak mewarnai dalam metode karya-karyanya. Sehingga dapat dikatakan, bahwa metode tafsir yang ia gunakan sealur dan sejalur dengan gurunnya Ibnu Taymiyyah.
Adapun metode yang digunakan dalam Tafsir ibnu katsir adalah murni bi al-Ma’tsur berdasarkan prosentasi mayoritas. Al-Dhahaby menyatakan, bahwa tafsir ibnu katsir menduduki peringkat ke-2 dalam Manhaj Tafsir bi al-Ma’tsur setelah al-Thabary.
Sebagaimana dijelaskan di muka, bahwa bentuk metode tafsir ibnu katsir adalah bi al-Ma’tsur, adapun secara garis besar penafsiran tafsir ibnu katsir dapat penulis pahami sebagai berikut: (1). Cara penjelasan; dalam penafsirannya ibnu katsir lebih condong pada metode muqarin dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an.
Beliau membandingkan antara ayat satu dan lainnya saat menafsirkan al-Qur’an serta membandingkan dengan hadis nabi dan pendapat-pendapat sahabat dan ulama; (2). Keluasan penjelasan; tafsir ibnu katsir lebih pada penjelasan secara ithnaby.
(3). adapun sasaran dan tertib ayat yang ditafsirkan, tafsir ibnu katsir termasuk tafsir yang menggunakan metode tahlili. Hal itu dapat dipahami dari sistematika penulisan dalam tafsirnya yang sesuai dengan tertib ayat dan surat dalam mushaf al-Qur’an.
Adapun secara aplikatif, Metode penafsiran tafsir ibnu katsir menempuh beberapa langkah sebagai berikut: (1). Menafsirkan al-Qur’an dengan ‘ibarah yang mudah dan menjelaskan satu ayat dengan ayat yang lain, sehingga menjadi jelas. Kemudian dikuatkan oleh hadis yang marfu’ yang berkaitan dengan ayat, serta menyebutkan beberapa perkataan sahabat dan tabi’in dan beberapa ulama salaf.
(2). Menjelaskan al-Qur’an dengan beberapa hadis nabi dan mentarjihnya, serta mengungkapkan rijal hadis dengan menggunakan jarh dan ta’dil, serta memberikan penilaian terhadap beberapa riyawat yang telah dikemukakan; (3). Dalam menafsirkan al-Qur’an, Ibnu Katsir tidak menjadikan ilmu nahwu dan Bahasa sebagai perioritas dalam penafsirannya.
(4). Salah satu keistimewaan Ibnu katsir dalam menafsirkan al-Qur’an adalah sikapnya yang selalu berhati-hati dalam pengambilan riwayat israiliyyat yang munkar, serta menjelaskan beberapa kemungkarannya; (5). Dalam menafsirkan al-Qur’an, Ibnu Katsir banyak menukil dari tafsir Ibnu Jarir al-Thabary, Ibnu Aby Hatim, dan tafsir Ibnu ‘Athiyyah.
Aliran dan Kecenderungan Tafsir Ibnu Katsir
Sebagaimana penjelasan di muka, bahwa Ibnu Katsir dikenal sebagai ulama yang menguasai beragam disiplin keilmuan, ia juga dikenal produktif yang ia buktikan dengan karya-karyanya yang monumental, sehingga profesionalitas lintas keilmuannya turut serta mewarnai penafsirannya yang ia tulis dalam kitab tafsirnya. Diantara warna dan kecenderungan beliau dalam menafsirkan al-Qur’an adalah:
(1). Kecenderungan Ijtima’iy; kecenderungan ini mengacu pada aspek sejarah sosial peradaban islam, sebagaimana ia terkenal dengan ahli sejarah yang ia buktikan melalui maha karyanya dalam bidang sejarah yaitu kitab “Al-Bidayah wa al-Nihayah”.
(2). Kecenderungan Fikih; Ibnu Katsir sebagaimana dinyatakan al-Dhahaby banyak memasukkan kajian fikih serta menyebutkan perbedaan pendapat ulama yang terkait dengan masalah hukum. Kecenderungan Ibnu Katsir dalam bidang fikih mengacu pada madzhab imam al-Syafi’iy, hal itu beliau nyatakan sendiri ketika menjelaskan perbedaan pendapat dalam membasuh kepala saat berwudhu.
Komentar Terhadap Tafsir Ibnu Katsir
Rasyid Ridha berkomentar “Tafsir Ibnu Katsir adalah tafsir paling masyhur yang memberikan perhatian besar pada riwayat-riwayat dari para mufassir salaf, menjelaskan ayat dan hukumnya, menjauhi pembahasan masalah i’rab dan cabang-cabang balaghah yang pada umumnya dibicarakan secara panjang lebar oleh mayoritas mufassir, menghindar dari pembicaraan yang melebar pada ilmu-ilmu lain yang tidak diperlukan dalam memahami al-Qur’an secara umum atau hukum dan nasihat-nasihatnya secara khusus.”.
Imam Suyuthi di dalam kitab “Tadzkirat al-Huffadz” dan al-Zarqany di dalam kitab “Syarhi al-Madzahib” berkomentar terkait tafsir ibnu katsir: “Annahu lam yu’laf ‘ala namthihi mitsluhu” (Sungguh belum pernah ada kitab tafsir yang disusun semisal dengannya). Wallahu A'lam.