Pembuatan Kerangka Karangan Karya Ilmiah

Kerangka Karya Ilmiah

Pada umumnya kerangka karangan merupakan rencana garis besar karangan berdasarkan tingkat kepentingannya, serta pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan.

Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Kerangka karangan yang belum final di sebut outline sementara kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap di sebut outline final. Kerangka karangan akan mempermudah pengarang menuliskan karangannya. 

Dalam dunia tulis menulis diperlukan kerangka karangan atau disebut juga outline. Penyusunan kerangka karangan pada prinsipnya adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya menjadi kesatuan yang berpautan. Penulis karya ilmiah dapat membuat kerangka karangan ringkas, yakni kerangka karangan yang hanya memuat pokok-pokok gagasan sebagai bagian dari topik yang sudah dibatasi, atau merupakan perluasan atau penjabaran dari kerangka karangan ringkas. Pada umumnya, jenis yang kedualah yang akan memudahkan penyusunan untuk mengembangkan karangannya.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pembuatan kerangka karangan meliputi penyusunan karya ilmiah harus menentukan dahulu judul-judul bab dan judul subbab sebelum menentukan kerangka karangan. Untuk membuat judul bab dan judul subbab, penyusun karya ilmiah dapat bertanya kepada judul karya ilmiah. Pertanyaan yang mungkin diajukan ialah: “Apa yang akan dilakukan dengan judul itu”, “akan diapakan judul itu” atau “masalah apa saja yang dapat dibicarakan dalam judul tersebut”. Misalnya, judul karya ilmiahnya adalah “Pengembangan Sumber Daya Insani pada Milenium III: perspektif sains dan agama”. Hal yang mungkin tersangkut-paut dan dapat dibicarakan dalam karya ilmiah tersebut adalah

1. Pengertian tentang sumber daya insani.

2. Seputar Milenium III dan fenomenanya

3. Perspektif sains.

4. Perspektif agama.

Masalah-masalah tersebut dapat dijadikan empat judul bab analisis. Atau, jika bagian analisis hanya satu bab, pembahasan masalah-masalah di atas dapat dijadikan judul subbab. 


Fungsi kerangka karangan

1. Memudahkan pengendalian variabel.

2. Memperlihatkan pokok bahasan, sub bahasan karangan dan memberi kemungkinan perluasan bahasan tersebut sehingga mungkin penulis menciptakan suasana kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan.

3. Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang dirumuskan dalam topik, judul, masalah, dan tujuan.

4. Memudahkan penulis menyusun karangan secara menyeluruh.

5. Mencegah ketidak lengkapan bahasan.

6. Mencegah pengulangan pembahasan ide. 


Bentuk-bentuk kerangka karangan

1. Berdasarkan perumusan teksnya

a. Kerangka kalimat, yaitu mempergunakan kalimat deklaratif yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, dan sub topik.

b. Kerangka topik, dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap, sesudah itu semua pokok baik pokok-pokok utama maupun bawahan.

c. Gabungan antara kerangka kalimat dan kerangka topik.

2. Berdasarkan rinciannya

a. Kerangka karangan sementara, merupakan suatu alat bantu atau sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitian kembali guna mengadakan perombakan yang dianggap perlu. Karena kerangka ini bersifat sementara, maka tidak perlu disusun secara terperinci.

b. Kerangka karangan formal, biasanya timbul dari penimbangan bahwa topik yang akan digarap bersifat sangat kompleks. 


Kriteria kerangka karangan

1. Menggunakan bentuk kerangka standar.

2. Menggunakan inden atau lurus secara konsisten, dan tidak mengombinasikan bentuk-bentuk tersebut secara bersamaan dalam sebuah kerangka karangan.

3. Menggunakan penomoran secara konsisten (angka desimal, romawi, kombinasi angka romawi, huruf dan angka arab).

4. Setiap judul bab, subbab, unsur subbab, dan detail unsur diberi nomor secara konsisten.

5. Penomoran tidak melebihi empat angka dan kerangka karangan tidak sama dengan daftar isi. 

Langkah-Langkah Menyusun Kerangka Karangan 

Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan, berikut langkah-langkahnya antara lain:

1. Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal isi karangan yang akan ditulis.

2. Mengumpulkan bahan
Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. Buat apa ide muluk-muluk kalau tidak diperlukan.

3. Menyeleksi bahan
Setelah ada bekal dan mulai berjalan, agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. Berikut ini petunjuknya:

a. Catat hal penting semampunya
b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan 
c. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah

4. Membuat kerangka
Perlu kita susun selangkah demi selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar di tengah jalan. Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna. Tahapan dalam menyusun kerangka karangan sebagai berikut:
a. Mencatat gagasan
b. Mengatur urutan gagasan
c. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
d. Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap

5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan. 

Contoh-contoh kerangka karangan

1. Kerangka karya ilmiah makalah
Judul: “Pengembangan Sumber Daya Insani Menjelang Milenium III: perspektif Sains dan Agama”.

1. Pendahuluan/pengantar
1.1 Latar belakang Masalah
1.2 Tujuan penulisan
1.3 Ruang lingkup pembahasan
1.4 Rumusan Masalah
2. Sedikit tentang Sumber Daya Insani, Sains, dan Agama
2.1 Sumber Daya Insani
2.1.1 Batasan Sumber daya Insani
2.1.2 Klasifikasi Sumber Daya Insani
2.1.3 Nilai lebih Sumber Daya Insani
2.2 Perspektif Sains
2.2.1 Batasan Sains
2.2.2 Kriteria Sains
2.3 Perspektif Agama
2.3.1 Batasan Agama
2.3.2 Perbedaan agama dengan kebudayaan
3. Pengembangan sumber daya insani: Perspektif Sains
4. Pengembangan Sumber Daya Insani: Perspektif Agama
5. Penutup
5.1 Simpulan
5.2 Saran-saran (jika ada)
Daftar Pustaka
Lampiran (jika ada)

Jika kerangka karangan seperti itu sudah dianggap final, langkah berikutnya adalah penulisan naskah karangan dan koreksi/penyuntingan naskah (proses editing), lalu diakhiri dengan pengetikan dan penyajian. 

2. Kerangka karya ilmiah Skripsi/Tesis
Judul: “Peran Manajemen Informasi dalam Pengembangan Perusahaan Cor logam di Koperasi Batur Jaya Klaten”.

Bab I. Pendahuluan/Pengantar
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Perumusan Masalah
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan
1.5 Kajian Pustaka
1.6 Hipotesis (jika ada)
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian
1.7.2 Populasi dan Sampel
1.7.3 Data dan Sumber Data
1.7.3.1 Data
1.7.3.2 Sumber Data: Primer an Sekunder
1.7.4 Teknik Pengumpulan Data
1.7.5 Teknik Analisis Data
1.8 Sistematika Skripsi

Bab II. Kerangka Teori
2.1 Manajemen dan Informasi
2.2 Manajemen Informasi
2.3 Peran dan Pengembangan

Bab III. Manajemen Informasi dalam Perusahaan Cor Logam di Koperasi Batur Jaya
3.1 Beberapa Jenis Informasi
3.2 Pemerolehan Informasi
3.3 Pengolahan Informasi
3.4 Pendayagunaan Informasi

Bab IV. Peran Manajemen Informasi dalam Pengembangan Perusahaan Cor Logam di Koperasi Batur Jaya
4.1 Manajemen Informasi dalam Pengembangan Produksi
4.2 Manajemen Informasi dalam Pengembangan Kualitas Sumber Daya Insani
4.3 Manajemen Informasi dalam Kemitraan dengan Instansi/Lembaga atau Perusahaan Lain.
4.4 Manajemen Informasi dalam Pengembangan Pemasaran

Bab V. Penutup
5.1 Simpulan
5.2 Saran-saran. 

Pada dasarnya, kedua contoh kerangka karangan karya ilmiah itu hanya merupakan dua kemungkinan kerangka dasar dan pola berpikir yang diterapkan dalam menyusun karangan ilmiah. Tidak tertutup kemungkinan adanya pola berpikir lain yang lebih sempurna.

Sumber:
  • Nugrahani, Farida, Metode Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Pilar Media, 2016.
  • Rahardi, Kunjana, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga, 2009.
  • Keraf, Gorys, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa. Jakarta: Nusa Indah, 1997.
  • HS, Widjono, Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo, 2005.


Abd Hamid Majid

Seorang Mahasiswa Universitas di Jawa Timur, Indonesia

Post a Comment

Previous Post Next Post