
Akhlak adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan, terutama dalam ranah pendidikan. Sebab tujuan dari pendidikan itu sendiri selain dari mentransfer ilmu dari guru ke murid tetapi juga mewariskan budaya serta membentuk pribadi dan karakter manusia yang bertakwa. Pendidikan akhlak bertujuan untuk membentuk generasi manusia yang berakhlak mulia, beriman kepada Allah SWT dengan akidah yang tepat serta rajin dan ikhlas beribadah.
Adab dan akhlak merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Apabila kita memiliki adab yang baik kepada Allah SWT, orang tua, guru dan kepada saudara kita yang lain, maka akhlak yang kita miliki akan baik. Dengan adab, seorang muslim akan terlihat mulia di hadapan Allah SWT dan Rasul-Nya begitupun di hadapan manusia. Akhlak dalam diri manusia merupakan sebuah potensi untuk melakukan kebaikan, di sisi lain akhlak juga suatu hal yang mudah dilakukan oleh semua orang dalam bentuk nyata.
Nabi Muhammad SAW diutus ke permukaan bumi tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana sabdanya:
انما بعثت لأتمم مكارم الاخلاق
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak” (HR Ahmad).
Mengingat bahwa betapa pentingnya adab dan akhlak dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu dipandang perlu adanya berbagai rujukan yang memadai bagi umat, meskipun sebagai teladan utama kita selaku umat Islam dapat merujuk pada diri Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوْ اللهَ وَالْيَوْمُ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا (الاحزاب: ۲١)
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah SWT dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah SWT.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Pembahasan mengenai perilaku dan akhlak telah banyak dijelaskan dalam berbagai kitab adab. Pada awalnya panduan akhlak tersebut berfungsi sebagai penuntun para pencari ilmu agar mudah memperoleh ilmu pengetahuan serta meraih manfaat dan berkah dalam menuntut ilmu, namun kemudian berubah menjadi kajian untuk umum seperti kitab yang dikarang oleh para ilmuwan Islam terdahulu salah satunya ialah Imam al-Ghazali yang membahas tentang beberapa adab, salah satunya yakni adab seorang murid dalam menimba ilmu yang di tulisnya dalam kitab Bidayah al-Hidayah. Kitab Bidayah al-Hidayah ini membahas tentang amalan-amalan yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dengan diperkuat oleh ilmu tasawuf. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji ulang pemikiran al-Ghazali dalam kitab Bidayah al-Hidayah mengenai adab atau sopan santun berinteraksi yang harus dilakukan oleh seorang murid kepada guru, dirinya sendiri dan adab murid dalam majlis ilmu.
- Mendahului mengucapkan salam dan memberikan penghormatan.
- Menyedikitkan berbicara di hadapan gurunya.
- Tidak boleh bertanya ketika seorang guru sedang berdiri ataupun berjalan.
- Tidak boleh berbicara sebelum guru bertanya.
- Dan tidak boleh bertanya sebelum meminta izin kepadanya.
- Tidak boleh menyampaikan perkataan yang menentang pendapat guru
- Tidak bermusyawarah dengan seseorang di hadapan guru dan tidak menoleh ke berbagai arah
- Tidak banyak bertanya
- Tidak berburuk sangka dan membicarakan rahasia guru
- Ketika seorang guru bangkit dari tempat duduknya, maka seorang murid tidak boleh menarik bajunya
- Tidak mencari kesalahan guru
- Seorang murid ikut berdiri ketika guru berdiri, seolah-olah memberi penghormatan
- Tidak banyak tertawa dan tersenyum di hadapan seorang guru dalam kondisi apapun
- Selalu memuliakan guru dalam kondisi apapun
- Senantiasa memaafkan guru ketika melakukan kesalahan karena seorang guru juga manusia dan pasti melakukan kesalahan.
- Mendahulukan kesucian batin dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.
- Seorang murid hendaknya mengurangkan hubungan dengan duniawi, menjauhkan diri dari kaum keluarga dan kampung halamannya.
- Seorang murid jangan menyombong dengan ilmunya dan jangan menentang gurunya.
- Seorang murid pada tingkat permulaan, hendaknya menjaga diri dari pertentangan orang tentang ilmu pengetahuan.
- Seorang murid itu tidak meninggalkan suatu mata pelajaran dari ilmu yang terpuji.
- Seorang murid tidak memasuki sesuatu bidang dalam ilmu pengetahuan serentak.
- Tidak mencemplungkan diri ke dalam sesuatu bidang ilmu pengetahuan sebelum menyempurnakannya.
- Seorang murid hendaknya mengetahui sebab untuk dapat mengetahui ilmu pengetahuan tersebut.
- Tujuan belajar adalah untuk menghiasi kebatinannya dan mencantikkan sifat keutamaannya.
- Harus mengetahuinya hubungan pengetahuan itu kepada tujuannya.
KesimpulanDalam kitab Bidayah al-hidayah membahas beberapa adab yang harus dimiliki dan diterapkan seorang murid, baik ketika dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Adab atau etika yang harus dimiliki seorang murid adalah meliputi adab terhadap dirinya sendiri, adab murid terhadap guru dan ilmu serta adab murid di dalam majlis ilmu. Beberapa adab tersebut diantaranya: Pertama adab sebelum dan saat belajar kedua salam kepada seorang guru, ketiga adab berbicara terhadap gurunya, keempat adab ketika berdiskusi dan bertanya dengan guru, keenam adab bathiniyah terhadap guru dan ketujuh adab lahiriyah ketika seorang murid bersama guru.
Adab-adab atau etika tersebut bisa diterapkan di sekolah dan ketika murid berasa di majlis ilmu. Seperti pada saat berdiskusi dengan tidak boleh menyalahkan apa yang guru katakan, berkomentar dan menyanggah diperbolehkan asalkan berdasarkan peraturan. Dan ketika bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang tidak dipahami dalam hal ini seorang murid tidak dianjurkan untuk bertanya sebelum gurunya memang mengizinkan serta harus ditandai dengan penghormatan untuk bertanya. Dan yang terakhir bisa diterapkan pada saat memperhatikan materi dari guru seorang murid tidak boleh mengobrol dengan teman sebangkunya.