Adab Murid Dalam Menuntut ilmu Perspektif Al-Ghazali

Akhlak adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan, terutama dalam ranah pendidikan. Sebab tujuan dari pendidikan itu sendiri selain dari mentransfer ilmu dari guru ke murid tetapi juga mewariskan budaya serta membentuk pribadi dan karakter manusia yang bertakwa. Pendidikan akhlak bertujuan untuk membentuk generasi manusia yang berakhlak mulia, beriman kepada Allah SWT dengan akidah yang tepat serta rajin dan ikhlas beribadah.

Adab dan akhlak merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Apabila kita memiliki adab yang baik kepada Allah SWT, orang tua, guru dan kepada saudara kita yang lain, maka akhlak yang kita miliki akan baik. Dengan adab, seorang muslim akan terlihat mulia di hadapan Allah SWT dan Rasul-Nya begitupun di hadapan manusia. Akhlak dalam diri manusia merupakan sebuah potensi untuk melakukan kebaikan, di sisi lain akhlak juga suatu hal yang mudah dilakukan oleh semua orang dalam bentuk nyata.

Nabi Muhammad SAW diutus ke permukaan bumi tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana sabdanya:

انما بعثت لأتمم مكارم الاخلاق

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak” (HR Ahmad). 

Mengingat bahwa betapa pentingnya adab dan akhlak dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu dipandang perlu adanya berbagai rujukan yang memadai bagi umat, meskipun sebagai teladan utama kita selaku umat Islam dapat merujuk pada diri Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوْ اللهَ وَالْيَوْمُ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا (الاحزاب: ۲١)

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah SWT dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah SWT.” (QS. Al-Ahzab: 21). 

Pembahasan mengenai perilaku dan akhlak telah banyak dijelaskan dalam berbagai kitab adab. Pada awalnya panduan akhlak tersebut berfungsi sebagai penuntun para pencari ilmu agar mudah memperoleh ilmu pengetahuan serta meraih manfaat dan berkah dalam menuntut ilmu, namun kemudian berubah menjadi kajian untuk umum seperti kitab yang dikarang oleh para ilmuwan Islam terdahulu salah satunya ialah Imam al-Ghazali yang membahas tentang beberapa adab, salah satunya yakni adab seorang murid dalam menimba ilmu yang di tulisnya dalam kitab Bidayah al-Hidayah. Kitab Bidayah al-Hidayah ini membahas tentang amalan-amalan yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dengan diperkuat oleh ilmu tasawuf. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji ulang pemikiran al-Ghazali dalam kitab Bidayah al-Hidayah mengenai adab atau sopan santun berinteraksi yang harus dilakukan oleh seorang murid kepada guru, dirinya sendiri dan adab murid dalam majlis ilmu.

Secara etimologi, kata adab berasal dari bahasa Arab yaitu adab (bentuk jama’ dari kata aduba-ya’dubu-adaban) kemudian untuk memperluas makna dalam pemakaiannya kadang terjadi penambahan huruf berupa tasydid yaitu berasal dari addaba-yuaddibu-ta’diban yang artinya adalah memberi adab, sopan santun, disiplin.

Secara terminologi dalam kamus besar bahasa Indonesia kata adab diartikan sebagai kehalusan budi, kesopanan, dan akhlak.  Dari dua definisi diatas terdapat kesamaan arti yaitu perilaku, tata krama yang menunjukkan kesopanan, berbudi pekerti yang baik.

Imam al-Ghazali menganggap karakter itu lebih dekat kepada akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Berdasarkan makna-makna di atas dapat penulis simpulkan bahwa adab merupakan tata cara berperilaku dan bergaul seseorang dalam kehidupannya sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan juga etika yang sesuai dengan budaya lokal yang ada di tengah-tengah masyarakat yang dianggap baik oleh syariat.
Dalam kitab Bidayah al-Hidayah ada beberapa adab yang harus diterapkan oleh seorang murid, terutama pada saat pembelajaran. Berikut ini merupakan adab-adab yang harus diamalkan oleh seorang murid pada bagian ketiga dalam kitab Bidayah al-Hidayah mengenai beradab kepada Allah SWT dan bergaul dengan para makhluknya yang di dalamnya terdapat adab seorang guru dan murid, tetapi di sini penulis hanya menjelaskan mengenai adab seorang murid.

  1. Mendahului mengucapkan salam dan memberikan penghormatan.
  2. Menyedikitkan berbicara di hadapan gurunya.
  3. Tidak boleh bertanya ketika seorang guru sedang berdiri ataupun berjalan.
  4. Tidak boleh berbicara sebelum guru bertanya.
  5. Dan tidak boleh bertanya sebelum meminta izin kepadanya.
  6. Tidak boleh menyampaikan perkataan yang menentang pendapat guru
  7. Tidak bermusyawarah dengan seseorang di hadapan guru dan tidak menoleh ke berbagai arah
  8. Tidak banyak bertanya
  9. Tidak berburuk sangka dan membicarakan rahasia guru
  10. Ketika seorang guru bangkit dari tempat duduknya, maka seorang murid tidak boleh menarik bajunya
  11. Tidak mencari kesalahan guru
  12. Seorang murid ikut berdiri ketika guru berdiri, seolah-olah memberi penghormatan
  13. Tidak banyak tertawa dan tersenyum di hadapan seorang guru dalam kondisi apapun
  14. Selalu memuliakan guru dalam kondisi apapun
  15. Senantiasa memaafkan guru ketika melakukan kesalahan karena seorang guru juga manusia dan pasti melakukan kesalahan. 

Penjelasan mengenai adab dalam kitab Bidayah al-Hidayah sangat singkat sehingga kita sebagai pembaca tentunya kurang memahami apa isi penjelasan tersebut. Jadi penulis di sini juga menjelaskan penjelasan adab murid dalam kitab Bidayah al-Hidayah diantaraya:

1. Saat berdiskusi dengan seorang guru.
Berdiskusi dengan seorang guru merupakan salah satu hal yang haru dilakukan murid agar mengetahui informasi yang baru dan mampu memecahkan masalah bersama. Tetapi sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh al-Ghazali dalam kitab Bidayah al-Hidayah yaitu pada saat berdiskusi murid tidak boleh menyalahkan apa yang dipaparkan oleh seorang guru, berkomentar boleh asalkan atas izin dari guru. Hal tersebut harus diterapkan agar diskusi berjalan denga lancar.

2. Saat bertanya.
Bertanya merupakan salah satu hal yang sangat dianjurkan dalam proses pembelajaran, karena bertanya bisa membantu memahami hal yang belum dipahami. Dalam hal ini seorang murid tidak seenaknya dalam bertanya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat ingin bertanya kepada guru seperti seorang murid tidak boleh bertanya sebelum guru memerintahkan untuk bertanya.

3. Ketika pembelajaran berlangsung seorang murid tidak dianjurkan untuk mengobrol dengan teman apalagi disertai dengan suara gemuruh sehingga bisa mengganggu orang lain. 

Ulama’ klasik, seperti imam al-Ghazali menjelaskan tentang mursyid atau guru serta kewajiban orang Islam yang harus dipenuhi dengan pengaturan pengajar dan pelajar. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa menghantarkan pemiliknya pada ketakwaan pada Allah SWT. Ilmu adalah nur ilahi yang hanya diperuntukkan bagi hamba-hambanya yang sholeh, ilmu manfaat inilah yang tidak mungkin bisa di dapatkan kecuali dengan adanya enam syarat yang terdapat dalam kitab Ta’lim Muta’allim karya syekh Az-Zarnuji yaitu “Eling dak hasil ilmu anging enem perkoro, bakal tak ceritaake kumpule kanti pertelo”, “rupane limpat, lubo, sabar, ono sangune, lan piwulange guru lan sing suwe mangsane”. 

Pada bab kelima dalam kitab Ihya’ Ulumiddin karya al-Ghazali, dijelaskan beberapa tugas yang harus dilaksanakannya demi keberhasilan dalam belajar, adapun kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pelajar atau murid ini ada sepuluh dan hal ini termasuk adab seorang murid terhadap dirinya sendiri, yaitu:

  1. Mendahulukan kesucian batin dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.
  2. Seorang murid hendaknya mengurangkan hubungan dengan duniawi, menjauhkan diri dari kaum keluarga dan kampung halamannya.
  3. Seorang murid jangan menyombong dengan ilmunya dan jangan menentang gurunya.
  4. Seorang murid pada tingkat permulaan, hendaknya menjaga diri dari pertentangan orang tentang ilmu pengetahuan.
  5. Seorang murid itu tidak meninggalkan suatu mata pelajaran dari ilmu yang terpuji.
  6. Seorang murid tidak memasuki sesuatu bidang dalam ilmu pengetahuan serentak.
  7. Tidak mencemplungkan diri ke dalam sesuatu bidang ilmu pengetahuan sebelum menyempurnakannya.
  8. Seorang murid hendaknya mengetahui sebab untuk dapat mengetahui ilmu pengetahuan tersebut.
  9. Tujuan belajar adalah untuk menghiasi kebatinannya dan mencantikkan sifat keutamaannya.
  10. Harus mengetahuinya hubungan pengetahuan itu kepada tujuannya. 

Menurut pandangan al-Ghazali, akhlak bukanlah pengetahuan (ma’rifat) tentang baik dan jahat maupun kodrat (qudrat) untuk baik dan buruk, bukan pula pengalaman, yang baik dan buruk melainkan kemampuan jiwa. Akhlak berarti suatu kemampuan jiwa yang menghasilkan perbuatan atau pengamalan dengan mudah, tanpa harus direnungkan dan disengaja. Jika kemampuan sedemikian, sehingga menghaslkan amal-amal yang baik yaitu amal yang terpuji menurut akal dan syariat, maka ia disebut akhlak yang baik. Jika amal-amal yang tercela lah yang muncul dari keadaan itu, maka itu dinamakan akhlak yang buruk.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak menurut al-Ghazali adalah bukan perbuatan baik atau buruk dan kekuatan baik atau buruk, tetapi akhlak merupakan keadaan jiwa yang mampu mempersiapkan dan memunculkan tingkah laku yang baik.

Kesimpulan
Dalam kitab Bidayah al-hidayah membahas beberapa adab yang harus dimiliki dan diterapkan seorang murid, baik ketika dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Adab atau etika yang harus dimiliki seorang murid adalah meliputi adab terhadap dirinya sendiri, adab murid terhadap guru dan ilmu serta adab murid di dalam majlis ilmu. Beberapa adab tersebut diantaranya: Pertama adab sebelum dan saat belajar kedua salam kepada seorang guru, ketiga adab berbicara terhadap gurunya, keempat adab ketika berdiskusi dan bertanya dengan guru, keenam adab bathiniyah terhadap guru dan ketujuh adab lahiriyah ketika seorang murid bersama guru. 
Adab-adab atau etika tersebut bisa diterapkan di sekolah dan ketika murid berasa di majlis ilmu. Seperti pada saat berdiskusi dengan tidak boleh menyalahkan apa yang guru katakan, berkomentar dan menyanggah diperbolehkan asalkan berdasarkan peraturan. Dan ketika bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang tidak dipahami dalam hal ini seorang murid tidak dianjurkan untuk bertanya sebelum gurunya memang mengizinkan serta harus ditandai dengan penghormatan untuk bertanya. Dan yang terakhir bisa diterapkan pada saat memperhatikan materi dari guru seorang murid tidak boleh mengobrol dengan teman sebangkunya.

Abd Hamid Majid

Seorang Mahasiswa Universitas di Jawa Timur, Indonesia

Post a Comment

Previous Post Next Post