Kajian Hadis Seputar Puasa Ramadhan (Dalam Kitab Durrah Al-Nasihin)


Sebelum kita mengkaji tentang hadits-hadits seputar puasa ramadhan dalam kitab Durrotun nasikhin, alangkah baiknya kita mengetahui apa itu hadits.

A.    SELUK BELUK HADITS

Hadits ialah segala sesuatu yang disandarkan pada nabi, baik ucapan, perbuatan, ketetapan, juga sifat rohani nabi seperti akhlak nabi dan juga sifat jasmani nabi dan sesuatu yang disandarkan pada shohabat (mauquf) dan tabi'in (maqtu').

Hadits secara kualitas dibagi menjadi 3 yaitu :

1.      Shohih

2.      Hasan

3.      Dlo'if, termasuk didalam hadits dlo'if ialah hadits maudlu' (palsu).

Pengertian hadits maudlu' (palsu) Secara etimologi ialah isim maf'ul dari fiil madhi wadlo'a dan mempunyai banyak makna salah satunya ialah bermakna Al ilshoq yang artinya melekat maksutnya ialah melekatkan sesuatu pada orang lain. Secara terminologi ialah hadits yang di buat-buat yang dinisbatkan kepada rasulullah saw. Kenapa bisa terjadi hal seperti itu?

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang membuat hadits palsu

1.      Kelompok-kelompok politik.

2.      Kelompok-kelompok musuh islam az zanadiqoh

3.      Faktor fanatik buta.

4.      Para pendongeng.

5.      Adanya motivasi mengumpulkan harta atau faktor ekonomi.

6.      Mencari muka dihadapan para penguasa.

7.      Mencari popularitas seperti menyebarkan berita hoax.

Proses terbentuknya hadits palsu

1.      Para pembuat hadits membuat kata-kata indah, kemudian disandarkan pada nabi saw.

2.      Mengambil ungkapan orang lain baik dari sohabat atau tabi'in, kemudian dinisbatkan kepada nabi saw. Seperti maqolah ﻣﻦ اراد اﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ وﻣﻦ اراداﻻﺧﺮة ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ........اﻟﺦ Menurut imam nawawi dalam pembukaan kitab majmu'nya bahwa maqolah tersebut ialah maqolah imam syafi'i, bukan hadits. Akan tetapi, maqolah tersebut tersebar luas dikalangan kita adalah hadits.

3.      Adanya kesalahan dari seorang perowi hadits tanpa adanya kesengajaan.

Menisbatkan sesuatu yang bukan sabda nabi, kemudian dinisbatkan kepada nabi itu merupakan sesuatu yang tidak diperbolehkan dan juga dapat ancaman dari nabi. ﻣﻦ ﻛﺬب ﻋﻠﻲ ﻣﺘﻌﻤﺪا ﻓﻠﻴﺘﺒﻮا ﻣﻘﻌﺪه ﻣﻦ اﻟﻨﺎر   "Barang siapa yang berdusta atas namaku secara sengaja maka tempatnya adalah neraka". Hadits tersebut merupakan hadits yang paling mutawatir dan paling shohih juga yang paling tinggi derajatnya. Syekh Muhammad bin Alwi Al Maliki dalam kitab Al qowaid Al asasiyyah mengatakan bahwa para ulama' menyatakan hadits tersebut diriwayatkan oleh 200 orang perowi.

Ciri-ciri hadits maudlu'  (palsu)

1.      Ciri-ciri yang terdapat pada sanad hadits

a.       Perowi terkenal sebagai pembohong.

b.      Perowi mengaku telah berbuat dusta.

c.       Adanya indikasi sesuai dengan pengakuan rowi.

d.      Adanya dorongan hawa nafsu sesuai dengan kelompok perowi tersebut.

2.      Ciri-ciri yang terdapat pada matan hadits

a.       Bertentangan dengan alquran, seperti hadits yang menjelaskan tentang umur dunia.

b.      Bertentangan dengan hadits mutawatir.

c.       Bertentangan dengan ijma' yang qot'i.

d.      Bertentangan dengan kaedah umum yang diambil dari alquran dan assunnah.

e.       Secara redaksi tidak berkemungkinan yang mengucapkan adalah nabi.

f.        Tidak masuk akal atau tidak logis.

g.      Hadits yang mengandung sifat-sifat berlebihan dan hadits ini banyak terdapat dalam kitab Durrotun nasikhin.

h.      Hadits yang menyalahi fakta sejarah.

i.        Hadits yang berisi peristiwa besar yang diketahui oleh satu orang saja.

j.        Adanya kesesuaian pada aliran si perowi hadits..

Hukum mempelajari hadits maudlu' (palsu)

Hukum mempelajari kitab yang banyak terdapat hadits maudlu'nya ialah dianjurkan, ketika kita berniat untuk mengetahui bahwa hadits itu palsu kemudian memberi peringatan kepada umat untuk tidak menyebarkan hadits tersebut, dan status hadits maudlu' itu tidak boleh dibuat hujjah.

Hadits-hadits yang boleh dibuat hujjah antara lain :

1.      Hadist shohih lidzati.

2.      Hadits shohih lighoiri

3.      Hadits hasan lidzati

4.      Hadis hasan lighoiri

5.      Hadits dlo'if yang terindikasi bisa naik derajat ke hasan lighoiri dengan cara adanya dukungan dari hadits shohih yang lain.

 

B.     HADITS-HADITS SEPUTAR BULAN RAMADHAN DALAM KITAB DURROTUN NASIKHIN

Kitab Durrotun nasikhin ialah kitab hadits yang ditulis oleh Syekh utsman bin Hasan Al Hubawi. Di penutup kitab tersebut tertulis "kitab ini selesai ditulis pada tahun 1224 H", tetapi dalam kitab tersebut biografi penulis tidak dijelaskan secara detail dan juga sulit dilacak biografinya. Kitab ini sangat populer di daerah yang menjamur thareqat dan tasawwuf. Kebanyakan hadits yang dikutip oleh Syekh Al Hubawi tidak merujuk pada kitab hadits yang mu'tabar tetapi, merujuk pada kitab yang bukan kitab hadits

Dikatakan oleh Dr. Lutfi fathullah (pakar hadits UIN Syarif hidayatullah, jakarta) dalam disertasinya, bahwa di dalam kitab Durrotun nasikhin terdapat 24,3% hadits shohih, 1,4% hadits shohih lighoiri, 2% hadits yang isnadnya shohih, 8% hadits hasan, 21,5% hadits dlo'if, 5,7% hadits sangat dlo'if, 30% hadits palsu, dan 6,7% hadits yang belum diketahui asalnya (ﻻ اﺻﻞ ﻟﻪ).

Hadits masyhur seputar puasa ramadhan

1.      Hadits pada bab ﻣﺠﻠﺲ اﻻول ﻓﻲ ﻓﻀﻴﻠﺔ اﻟﺸﻬﺮ رﻣﻀﺎن

Dijelaskan; ﻣﻦ ﻓﺮح ﺑﺪﺧﻮل رﻣﻀﺎن ﺣﺮم ا ﺟﺴﺪه ﻋﻠﻲ اﻟﻨﻴﺮان “barang siapa yang senang dengan datangnya bulan ramadhan maka Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka" Secara analisa, hadits tersebut termasuk hadits yang bermasalah karena hadits tersebut sudah menunjukkan ciriciri hadits palsu yakni berlebih-lebihan dalam pahala dan hadits tersebut tidak terdapat pada kitab induk hadits. Hadist tersebut disebut juga hadits  ( ﻻ اﺻﻞ ﻟﻪ /hadits yang tidak jelas sumbernya).

2.      Hadist    ﻟﻮ ﺗﻌﻠﻤﻮا اﻣﺘﻲ ﻣﺎ ﻓﻲ رﻣﻀﺎن................اﻟﺦ  "Seandainya umatku tahu apa yang terdapat pada bulan ramadhan maka niscaya mereka akan berharap satu tahun ini dijadikan sebagai bulan ramadhan". Hadits tersebut kualitasnya adalah dlo'if karena di dalam sanadnya ada perowi yang dlo'if, hadits tersebut diperselisihkan para ulama' antara dlo'if dan palsu.

3.      Hadits    اﻟﺠﻨﺔ ﻣﺸﺘﻘﺎة اﻟﻲ ارﺑﻌﺔ ﻧﻔﺮ................اﻟﺦ "Surga merindukan empat kelompok yaitu orang yang senantiasa membaca alquran, kemudian orang yang senatiasa menjaga lisannya dan orang yang memberi makan orang yang lapar dan yang terakhir yakni orang yang berpuasa ramadhan." Syekh Al Hubawi mengutip hadits tersebut dari kitab Rounaqul majalis dan hadits tersebut tidak ditemukan pada kitab induk hadits.

4.      Hadits yang mejelaskan keutamaan sholat tarawih dalam bab ﻣﺠﻠﺲ اﻟﺮاﺑﻌﺔ ﻓﻲ ﻓﻀﻴﻠﺔ اﻟﺸﻬﺮ رﻣﻀﺎن, dalam bab ini menjelaskan tentang keutamaan sholat tarawih mulai malam pertama sampai malam terakhir bulan ramadhan yang diriwayatkan oleh shohabat Ali bin Abi thalib ra.

Letak bermasalahnya hadits tersebut ialah :

1.      Amaliyah sunnah yang pahalanya mengungguli pahala amaliyah wajib.

2.      Tidak sesuai dengan fakta sejarah, karena istilah tarawih muncul pada abad ke-2/3 hijriyah dan istilah tarawih tersebut belum muncul pada zaman nabi atau shohabat. Berikut ini analisa dalam sebagian kitab-kitab hadits:

a.       Dalam kitab Muwatto' karya Imam Malik abad ke-2 hijriyah tidak ada penjelasan mengenai istilah tarawih tetapi adanya hanya istilah qiyamullail.

b.      Dalam kitab Al Umm karya Imam Syafi'i tidak dijumpai adanya keterangan tentang istilah tarawih.

c.       Dalam kitab musnad Ahmad bin Hambal yang wafat pada abad ke-3 hijriyah masih tidak ada istilah tarawih.

d.      Dalam kitab shohih bukhori baru ditemukan istilah tarawih, imam bukhori sendiri wafat tahun 256 H.

e.       Dalam kitab shohih muslim juga tercantum istilah tarawih.

Dalam analisa tersebut di ambil kesimpulan bahwa hadits yang menjelaskan keutamaan sholat tarawih tidak terdapat pada kitab induk hadits, maka dipastikan hadits tersebut adalah hadits palsu, maka jangan sekali-kali menyandarkan pada nabi. Banyak hadits dalam kitab Durrotun nasikhin ini yang perlu diteliti ulang. Jadi, bukan berarti kita langsung membuang hadits yang palsu tersebut,  karena masih banyak hal positif yang bisa kita ambil. Yang perlu kita lakukan adalah kita harus selektif memilah dan memilih sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang ikut berpartisipasi menyebarkan hadits-hadits yang tidak bisa dipertanggung jawabkan validitasnya bahwa itu termasuk sabda nabi Muhammad shollallāhu 'alaihi wasallam.

Sekian..

Sumber: Diskusi Kajian Hadis, Narasumber: Muhammad kudhori, M.Th.I. (Dosen STAI Al Fithrah Surabaya)

Abd Hamid Majid

Seorang Mahasiswa Universitas di Jawa Timur, Indonesia

Post a Comment

Previous Post Next Post