Kesempurnaan Akal Dan Ilmu Rasulullah SAW (Dalam Kitab Muhammad Al-Insan Al-Kamil)

Kesempurnaan Akal Rasulullah SAW












Akal yang sempurna, adalah pokok segala sifat yang terpuji. Dengan petunjuk akal, dapat dibedakan antara yang baik dan yang buruk, serta membawa seseorang mencapai sesuatu yang lebih utama.


Kisah masuknya Khalid Bin Walid ke dalam agama Islam, tatkala ia datang menghadap Nabi SAW setelah ia mengucapkan salam: “Ya Rasulullah, saya menyaksikan, bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dan engkau adalah utusan-Nya.” Nabi lalu mempersilakan masuk dan duduk, kemudian Nabi berkata kepadanya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepadamu. Memang saya melihatmu seorang yang berakal sehat. Maka kuharap kiranya sebagai akal itu membawamu kepada segala hal yang baik.”


Akal pikiran Nabi SAW telah mencapai puncak kesempurnaan yang tidak pernah dicapai oleh siapa pun juga, sebagai nikmat karunia Allah kepadanya, hal itu telah ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya: “Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. Berkat nikmat Tuhanmu, (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.” (Al-Qalam: 1-2). Artinya; engkau wahai Muhammad, akal pikiranmu berada di tingkat yang tertinggi. Tuhan yang bersumpah dengan Nun, yang berarti limpahan karunia Ilahi, dan bersumpah lagi dengan Al-qalam, pena yang berada di alam tertinggi. Allah bersumpah dengan makhluk-makhluk yang agung itu, untuk menegaskan luas dan cerdas akal pikiran Nabi SAW dan jauh dari sifat hilang atau kekurangan akal.


Dan kesempurnaan akal Rosulullah serta pandangannya yang jauh, jelas terlihat, dalam sikapnya menghadapi masyarakat sekelilingnya, yang telah dilanda jahiliyah dalam semua segi kehidupannya. Akal manusia yang telah sesat itu, tidak mudah diubah menjadi akal budi yang lurus, benar, dan sehat. Untuk itu memerlukan seorang pemimpin yang berpandangan jauh, berpikir jernih, dan tidak ragu lagi bahwa ajaran yang ditegakkan oleh beliau itu, bersumberkan wahyu Tuhan seru sekalian alam. Akan tetapi ajaran Tuhan itu membutuhkan akal pikiran yang cemerlang dan disiapkan secara khusus bagi yang mengemban tugas berat itu.


Demikian juga akal pikiran beliau, terbukti kesempurnaannya dalam cara pengarahannya kepada pemuda yang datang meminta izin agar ia diperkenankan melakukan zina dan perbuatan mesum, Rosulullah lalu bertanya kepadanya, “Sukakah perbuatan keji itu dilakukan orang terhadap ibumu? Atau terhadap saudara perempuanmu? Atau terhadap putrimu sendiri?” Pemuda itu menjawab tegas: “Tidak!”. “Demikian pula setiap orang tidak ada yang menyukai perbuatan itu dilakukan terhadap keluarganya,” sambung Nabi menjelaskan. Maka timbullah kesadaran dan keinsyafan dalam hati pemuda itu, kemudian ia berkata: “Saksikanlah Ya Rasulullah, bahwa aku benar-benar bertaubat dari perbuatan durjana itu.”


Oleh karena itu beliau bukan seorang yang kehilangan atau kekurangan akal pikiran. Karena tidak logis dan tidak dapat digambarkan, bahwa seseorang yang datang membawa Al-Qur’an yang penuh berisi hikmah, ilmu, dan pengetahuan itu tidak berakal dan berpikir sempurna.


Kesempurnaan Ilmu Rasulullah SAW


Rasulullah mempunyai ilmu yang sangat luas juga berakal pikiran yang cerdas karena ilmu yang tinggi dan bermanfaat telah dilimpahkan Allah kepadanya, Allah Berfirman: “Dan Allah telah menurunkan kitab dan hikmah kepadamu, apa yang belum kamu ketahui adalah karunia Allah sangat besar kepadamu”. Dengan demikian beliau adalah yang paling luas ilmunya di antara semua hamba Allah SWT.


Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah pernah ditanya oleh beberapa orang dan pertanyaan itu sedemikian banyaknya dan bertele-tele. Maka beliau naik ke atas mimbarnya dan berkata: “silahkan kalian bertanya kepadaku, semua pertanyaan kalian akan kujelaskan”. Dalam riwayat lain, dengan tambahan “selagi aku di tempat ini”.


Al-Qur’an yang telah di turunkan kepada nabi kita SAW yang menghimpun segala ilmu pengetahuan dan diriwayatkan dalam kitab Al-Musnad, bahwa nabi bersabda: “Aku adalah Muhammad nabi yang ummi, tiada nabi sesudahku. Aku di beri oleh tuhan rahasia segala sesuatu. Aku mengetahui beberapa jumlah penjaga neraka, dan pembawa ‘arsy tuhan”.


Ilmu pengetahuan nabi yang sedemikian luasnya itu mencakup juga segala macam makhluk, termasuk alam hewan dengan segala sesuatu yang bersangkutan. At-Thabrani meriwayatkan bahwa Abu Darda’ berkata:
Tidak satu pun yang ketinggalan dan tidak diberitakan kepada kita oleh Rasulullah. Sampai-sampai tiada seekor burung pun yang terbang di angkasa yang tidak disebutkan kepada kita. 


Cerita Rasulullah kepada sahabatnya tentang alam burung, menunjukkan betapa luasnya pengetahuan beliau akan isi jagad raya. Semua yang diterangkan itu tentunya yang ada hubungannya dengan kebahagiaan manusia, dilihat dari berbagai segi. Semua hal yang bertalian dengan hidup dan kehidupan ini serta semua jalan menuju kebahagiaan telah diterangkan oleh beliau. Lautan ilmu yang luas memang tak mungkin diketahui melainkan oleh tuhan yang melimpahkan ilmu itu kepadanya. 


Sumber: Kitab Muhammad Al-Insan Al-Kamil
Abd Hamid Majid

Seorang Mahasiswa Universitas di Jawa Timur, Indonesia

Post a Comment

Previous Post Next Post